zayadiahmad

Minggu, 19 Januari 2014

SOFT SKILL DAN HARD SKILL

Hardskill merupakan sebuah skill yang dimana skill tersebut merupakan bidang yang benar benar dia menguasai, yang melatari adanya hardskill adalah kemampuan seseorang yang betul betul menguasai di bidang yang orang itu geluti .Hard Skill adalah skill yang berdasarkan bidang yang betul-betul dia menjadi pakar di dalamnya. contohnya jika dia adalah seorang ekonom, maka dia seharusnya menguasai konsep-konsep atau teori-toeri tentang ilmu ekonomi serta dapat melakukan analisa terhadap persoalan-persoalan yang menjadi kepakaran dia.
Soft Skill Wah Kira-kira sih artinya kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain. ya sesama mahasiswa, kolega dll, baik hard skill maupun soft skill dua-duanya sangatlah penting, karena manusia pasti berinteraksi dengan manusia lain, baik di pekerjaan, di sekolah atau kuliah, di toko maupun pasar.
Pentingnya softskill tidak perlu diragukan, bagamana tidak seseorang yang genius sekalipun akan membutuhkan kemampuan soft skill ini. misalkan ada seseorang yang memiliki kepakaran yang handal di bidang elektronika, maka untuk dia bisa bekerja di bidangnya maka dia terlebih dahulu akan diuji dan diwawancarai oleh pemimpin atau bagian HRD suatu perusahaan, di saat wawancara itu dia harus berhasil mengkomunikasikan dengan baik apa yang dia tawarkan kepada perusahaan tempat dia akan bekerja.di situlah awal kita tahu bahwa walaupun seseorang memiliki kejeniusan terhadap suatu bidang tanpa didukung oleh kemampuan bernegosiasi yang baik maka orang tersebut bisa menemui kesulitan ketika di suatu waktu dia harus berinteraksi dengan orang lain.

A.    Tujuan
Tujuannya sendiri untuk mempelajari Hard Skill dan Soft Skill sebagai berikut:
1.      Memfokuskan atau supaya seseorang lebih menguasai bidang yang mereka kuasai.
2.      Supaya seseorang bisa menguasai suatau bidang, tetapi tidak hanya menguasai bidang tersebut melainkan juga bagai mana seseorang tersebut mempromosikan kemampuannya.
BAB II

A.    Perbedaan Hard Skill dan Soft Skill
Soft skill adalah istilah sosiologis yang mengacu pada sekelompok karakter kepribadian, rahmat sosial, fasilitas dengan bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme bahwa orang tanda untuk berbagai tingkat. Soft skill melengkapi hard skill, yang merupakan persyaratan teknis pekerjaan.sementara untuk pengertian hard skill atau sebagai orang menyebutnya hard competence sebagai berikut :
Kompetensi keras merujuk pada pekerjaan spesifik kemampuan, dan relevansi akan tentang pengetahuan khusus yang berhubungan dengan "up to date" sistem.
Dari pengertian antara soft skill dan hard skill dapat kita menyimpulkan setiap profesi profesi dapat di tuntut untuk memiliki hard skill yang khusus, tetapi soft skill bisa merupakan kemampuan yang harus di miliki setiap profesi.

B.     Keterkaitan Soft Skill dan Hard Skill terhadap dunia kerja dan perkuliahan
Bukan hanya di lingkungan akademis kita di tuntut untuk mengembangkan soft skill kita sebelum nantinya kita siap untuk memasuki dunia nyata tapi pengasahan soft skill Juga di dalam agama kita di suruh untuk mengasah keterampilan untuk menjadi seseorang yang professional dan ahli di bidang yang di geluti.
Hadis di atas menegaskan kita untuk membangun sebuah kemapuan baik itu Hardskill maupun Sofkill. Sukses meraih cita-cita dan karir di masa depan tidak hanya ditentukan oleh hardskill, seperti tingginya nilai indeks prestasi (IP), penguasaan teori serta terampil dalam mengoperasikan peralatan laboratorium dan perangkat berteknologi tinggi. Ada banyak cerita dari orang-orang yang tidak memiliki IP yang tinggi meraih sukses dalam kehidupannya, karena mereka mengandalkan pertumbuhan softskill.
Istilah soft skill memang tergolong baru terdengar, tetapi soft skill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan dalam diri anda, agar dapat memotivasi diri dari orang lain, bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berekreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun kerjasama, mengelola sumber daya dan lain sebagainya.


C.    Soft Skill apa yang di butuhkan di dunia kerja
Di dalam persaingan seperti sekarang, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki profesionalisme dan manajerial skill yang berbasis kemampuan sudah merupakan tuntutan. Terlebih di dunia kerja sekarang banyak dipengaruhi perubahan pasar, ekonomi dan teknologi. Tenaga kerja yang memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quatient) sangat mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut disamping kecerdasan intelektual. Berdasar hasil survey Nasional Assosiation of Colleges and Employers USA (2002) terhadap 457 pimpinan perusahaan menyatakan bahwa Indeks Kumulatif Prestasi (IPK) bukanlah hal yang dianggap penting dalam dunia kerja. Yang jauh lebih penting adalah sotfskill antara lain kemampuan komunikasi, kejujuran, kerjasama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan interpersonal dengan orientasi nilai pada kinerja yang efektif.
Kemampuan softskill diatas, sebetulnya masuk dalam kecerdasan emosional yang menurut definisi adalah Kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, Kemampuan memotivasi diri, Kemampuan mengendalikan diri/ mengelola emosi pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain (Daniel Goleman). Ada lima kecedasan emosial yang dibutuhkan didunia kerja sekarang ini, yaitu :
1.      Kesadaran Emosional , yang meliputi kedewasaan emosi dalam  pengambilan keputusan yang win-win solution.
2.      Pengelolaan Emosional (pengedalian diri) yang meliputi kemampuan kepekaan, sabar dan  tabah dalam menjalankan tugas.
3.      Motiovasi Diri, yang meliputi  kemampuan berpikir positif, ulet dan pantang menyerah
4.      Empati pada Sesama yang meliputi kemampuan memahami, merasakan, peduli, hangat, akrab dan kekeluargaan
5.      Ketrampilan Sosial , yang meliputi kemampuan bermusyawarah, bekerjasama, kepentingan umum/tim)

Di sisi lain secara teori, di dalam dunia kerja, ada 3 (tiga) unsur utama yang harus dipenuhi agar seseorang dikatakan memiliki kompetensi  yang meliputi kompetensi knowledge atau cognitive domain, skill atau psychomotor domain, serta attitude atau affective domain.(Jayagopan Ramasamy, Malaysia 2006). Dalam teori tersebut dikatakan bahwa kompetensi tersebut harus bisa diukur (measurable), dinilai, ditunjukkan (demonstrable) dan diamati (observable) melalui perilaku pada saat melaksanakan tugas. Sasaran akhir dari kompetensi adalah perilaku yang diharapkan (desired behaviour) dan perlu ditunjukkan dalam melaksanakan tugas. kompetensi yang berkaitan langsung dengan bidang kerja.
Selain itu menurut Spencer & specer ada 2 (dua) kompetensi yang berkaitan dengan bidang kerja, yakni Generic competencies, merujuk pada kompetensi yang perlu ada pada semua pegawai mengarah ke softskills, sikap mental dalam bekerja dan Functional competencies, merujuk pada kompetensi khusus yang diperlukan bagi suatu fungsi atau pekerjaan tertentu mengarah ke hardskills dan kemampuan teknis. Sedangkan di lapangan, kompetensi tersebut terbagi atas kebutuhan kemampuan Knowledge: diukur melalui ujian penilaian yang dilaksanakan oleh pihak berwenang, Skill : diukur dengan mengikutsertakan  ke dalam pelatihan-pelatihan tertentu dan Attitude: diukur secara lebih subjektif melalui penilaian terhadap perilaku yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas. Knowledge (melalui pendidikan), Skill (melalui pelatihan) dan Attitude yg harus dimiliki oleh tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha/dunia kerja dengan menggunakan konsep Link and Match.
Sedangkan ketrampilan softskill tenaga kerja, dalam perkembangannya banyak disumbang oleh karakter pribadi yang berasal dari didikan lingkungan keluarga (pola asuh), tradisi dan pengaruh lingkungan sekolah (sosial).
Di beberapa perusahaan, ketrampilan softskill yang dibutuhkan meliputi leadership, kreativitas, kominukasi, kejujuran dan fleksibel. Memang dalam prakteknya ketrampilan softskill dapat dilatih dan disiapkan, namun menurut pengalaman dari PT Charoen Pokphand Indonesia  misalnya, perubahan-perubahan dalam organisasi termasuk budaya organisasi juga dapat menyumbang terhadap peningkatan softskill tenaga kerja. Pembinaan softskill yang baik, menurut pengalaman PT. Charoen dengan komunikasi asertif, yaitu komunikasi yang berdasar keterbukaan, jujur, tegas, langsung dan dengan cara yang sopan.
D.    Soft Skill secara rinci dapat di tulis sebagai berikut :
1.      Intrapersonal Skill :
·         Transformasi karakter
·         Transformasi keyakinan
·         Manajemen perubahan
·         Manajemen stres
·         Manajemen waktu
·         Proses berfikir kreatif
·         Tujuan pengaturan & tujuan hidup
·         Dipercepat belajar teknik
·         Percaya Diri
·         Penilaian sifat, diri & preferensi
·         Kesadaran emosional
·         Kontrol diri
·         Kelayakan
·         Proaktif
2.      Interpersonal Skill :
·         Keterampilan komunikasi
·         Keterampila motivasi
·         Keterampilan kepemimpinan
·         Keterampilan self-marketing
·         Keterampilan negosiasi
·         Keterampilan presentasi
·         Keterampilan berbicara di publik
·         Kesadaran politik
·         Memanfaatkan keragaman
·         Orientasi pelayanan
·         Empati
·         Manajemen konflik
·         Kerjasama tim

Dewasa ini kebanyakan perusahaan dalam perekrutan pegawai mensyaratkan paduan antara hardskill dengan softskill. Perusahaan menganggap bahwa percuma jika hardskill saja yang bagus namun softskillnya tidak. Saat perekrutan karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana, yaitu memberikan pelatihan keterampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi, yaitu ”Recruit for Attitude, Train for Skill“. Pada perekrutan karyawan, kemampuan teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi, dan dapat diketahui pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’. Umumnya kelemahan di softskill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Salah satu cara mengubahnya melalui learning by doing. Selain itu, juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Namun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan beraktivitas dengan orang lain.